Tata Tertib Sekolah

0
13103

School effectiveness research has long pointed to the importance of school-wide behavior policies in creating the academically oriented, high-achieving school.
(Reynolds, 1992)

It can often be fruitful to involve students in the making of rules in order to encourage a sense of ownership and shared responsibility and shared responsibility over them and to involved (especially older) students in policing rules and procedures as well.
(Reynolds, 1992)

Oleh Suparlan *)

Suatu saat penulis sempat melakukan dinas luar di SD Negeri Panggang 4 Kabupaten Jepara, Povinsi Jawa Tengah. Selesai acara pertemuan dengan Dinas Pendidikan dan warga sekolah itu, penulis kemudian melihat-lihat apa saja yang ada di dalam kelas yang kelihatan cukup bersih itu. Dari foto presiden dan wakil presiden yang terpampang di depan kelas, hasil karya siswa yang dipajang di pojok kelas, akhirnya penulis sampai ke dinding dekat meja guru, yakni tiga lembar kertas yang dilaminating bertuliskan “Tata Tertib Siswa SD Negeri Panggang 4 Jepara”.

“Bolehkah saya diberi kopi tata tertib ini Bu”, tanya penulis kepada kepala sekolah yang mengikuti penulis. Akhirnya, penulis berhasil memperoleh tata tertib siswa itu.

“Ada tata tertib guru Bu?”, tanya penulis kemudian. Jawabnya ada. Demikian juga dengan tata tertib lainnya, seperti tata tertib perpustakaan sekolah, tata tertib kantin sekolah, dan sebagainya. Namun, ketika penulis tanya ”siapa yang membuat tata tertib siswa itu?”, kepala sekolah itu menjawabnya ”kepala sekolah dan guru”. Tidakkah siswa dilibatkan dalam membuat tata tertib ini? Jawabnya tidak.

Cerita singkat tersebut sengaja dipotong sampai di sini, hanya sebagai prolog singkat untuk menjelaskan tentang tata tertib sekolah, apa manfaatnya, ada berapa macamnya, bagaimana mekanisme penyusunannya, apakah tata tertib itu perlu dibuat rinci sekali atau yang penting mudah dimengerti warga sekolah, dan apa saja yang penting harus ada dalam tata tertib tersebut.

Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tata tertib sekolah dapat menciptakan disiplin dan orientasi akadmis warga sekolah pada khususnya, dan meningkatkan capaian sekolah pada umumnya (Reynolds, 1992). Dengan tata tertib sekolah, warga sekolah diharapkan dapat mengembangkan pola sikap dan perilaku yang lebih disiplin dan produktif. Dengan tata tertib tersebut, warga sekolah memiliki pedoman dan acuan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya dalam melaksanakan kebijakan, program, dan kegiatan sekolah. Jika negara memiliki konstitusi, undang-undang, dan peraturan perundang-undangan lainnya, maka sekolah memiliki tata tertib sekolah.

Macam-macam Tata Tertib Sekolah

Tata tertib apa saja yang harus dibuat sekolah itu sudah barang tentu amat ditentukan oleh kepentingan sekolah. Tata tertib siswa sangat penting sebagai aturan yang harus dipatuhi oleh peserta didik. Bahkan setiap kelas dapat membuat tata tertib sendiri untuk kelasnya masing-masing. Tata tertib untuk unit-unit kegiatan di sekolah itu, seperti perpustakaan sekolah, laboratorium, fasilitas olah raga, kantin sekolah, dan sebagainya. Tata tertib untuk kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan lainnya juga sangat perlu diadakan sebagai aturan yang harus diikuti oleh mereka dengan penuh kesadaran, bukan karena tekanan atau paksaan.

Bagaimana Mekanisme Penyusunan Tata Tertib Sekolah

Sebagai wujud demokratisasi dalam dunia pendidikan, maka tata tertib sekolah tidak dapat ditentukan oleh kepala sekolah sendiri, atau bahkan oleh dinas pendidikan semata-mata. Tata tertib sekolah pada hakikatnya dibuat dari, oleh, dan untuk warga sekolah. Kalaupun konsep tata tertib itu telah dibuat oleh kepala sekolah atau dinas pendidikan, maka konsep itu harus mendapatkan persetujuan dari semua pemangku kepentingan di sekolah. Komite Sekolah akan lebih baik jika dimintai pendapatnya tentang tata tertib sekolah tersebut.  Guru dan siswa harus dimintai pendapatnya tentang tata tertib tersebut. Orangtua pun harus memperoleh penjelasan secara terbuka tentang tata tertib sekolah itu.

Tata tertib khusus untuk kelasnya masing-masing dapat dibuat oleh guru bersama para siswa. Bahkan tata tertib itu akan lebih bagus kalau ditulis sendiri oleh siswa. Apalagi kalau dibuat dengan menggunakan gambar-gambar yang bagus atau clip art yang diambil dari komputer di sekolahnya. Inilah satu contoh tata tertib yang dibuat sendiri oleh siswa di suatu sekolah.

Tujuh Tata Tertib Ruang Kelas Kami

  1. Mengikuti petunjuk Bapak/Ibu Guru
  2. Menyayangi dan dapat bekerja sama dengan sesama teman
  3. Memelihara kebersihan kelas
  4. Mengembalikan barang-barang pinjaman ke tempat semula
  5. Mengacungkan tangan jika akan menyampaikan pertanyaan atau pendapat
  6. Menggunakan suara yang rendah di dalam kelas, menyimpan suara keras untuk di luar kelas
  7. Menyerahkan tugas-tugas dari Bapak/Ibu Guru tepat waktu

Apakah Tata Tertib Harus Dibuat Secara Rinci?

Ada kalanya memang demikian. Tetapi sesungguhnya yang lebih penting tata tertib yang harus dipahami oleh semua pihak dengan jelas. Haruskah jumlah butir-butir tata tertib itu memang harus banyak? Tidak selalu demikian. ”A limited number of well-understood and enforced rules will be more effective than a large numer or detailed rules and procedures that are therefore more difficult to police”. Tata tertib yang dengan jumlah yang terbatas tetapi dapat dipahami dengan baik dan dapat mendorong warga sekolah akan lebih efektif daripada tata tertib yang rinci dan dengan jumlah dan prosedur yang sangat banyak dan karena itu sulit dilaksanakan. Kembali harus dijelaskan bahwa tata tertib sekolah bukanlah merupakan alat untuk membelenggu kebebasan warga sekolah. Tata tertib lebih merupakan petunjuk agar warga sekolah dapat melaksanakan suatu pekerjaan dengan baik, bekerja secara tertib, tidak mengganggu kepentingan orang lain, dan berlaku santun. Tata tertib akan lebih membuat rasa senang seseorang jika dibuat tidak dalam kalimat negatif atau menggunakan kata-kata TIDAK.

Apakah Yang Sebaiknya Ada Dalam Tata Tertib Sekolah?

Substansi yang sebaiknya ada dalam tata tertib disarankan antara lain adalah: (1) use indoor voice at all time, (2) listen to others, (3) always do your best, (4) listen and respect other students, dan (5) do not run in the corridors (Daniel Mujis dan David Reynolds, 2001: 42). Dengan kata lain, tata tertib sekolah setidaknya mencakup (1) menggunakan suara dalam ruangan selama dalam lingkungan sekolah, (2) mendengarkan orang lain, (3) selalu mengerjakan yang terbaik, (4) mendengarkan dan menghormati sesama kawan, (5) tidak berlari di koridor sekolah.

Sebagai gambaran, di sebuah Sekolah Berasrama Penuh ”Seri Puteri” di Kuala Lumpur, penulis pernah terkaget-kaget, karena begitu masuk kawasan sekolah, penulis sama sekali tidak mendengarkan suara berisik siswa. Tidak terdengar adanya suara keras dari peserta didik di sekolah itu. Penulis malah mengira sekolah itu libur. Ternyata, sekolah itu ternyata sedang dalam proses belajar mengajar. Itulah salah satu bentuk lingkungan yang sangat kondusif untuk proses belajar mengajar. Itu semua berkat kesadaran semua warga sekolah tentang pentingnya tata tertib sekolah. Warga sekolah harus saling mendengarkan dan menghormati sesama warga sekolah.

Refleksi

Ada baiknya jika mau mengoreksi diri, dengan mempelajari tata tertib sekolah yang ada di sekolah kita. Adakah perbedaannya dengan tata tertib yang telah dikupas dalam tulisan ini? Ataukah kita dapat membuat refleksi dari hasil pendidikan kita? Misalnya, budaya kekerasan seperti yang terjadi di IPDN? Atau budaya bentrok antar mahasiswa di beberapa perguruan tinggi? Atau bahkan hukuman fisik dari guru kepada peserta didik di beberapa  sekolah? Atau dari kepanikan semua pihak dalam menghadapi Ujian Nasional (UN), mulai dari bupati/walikota, kepala dinas, kepala sekolah, guru, orangtua, polisi, dan bahkan sampai dengan peserta didiknya? Semua itu bisa saja bermula dari proses penyusunan tata tertib yang belum sempurna? Tidak pernah ada kata terlambat dalam belajar. Komentar terhadap tulisan ini dapat disampaikan melalui e-mail me [at] suparlan [dot] com, atau website www.suparlan.com. Wallahu alam bishawab.

*) Website: www.suparlan.com; E-mail: me [at] suparlan [dot] com. Mantan Kepala Sekolah Indonesia Kuala Lumpur, mantan Kepala Bidang Pelayanan Teknis PPPG Matematika Yogyakarta.

Bahan Bacaan:

  • Muijs, Daniel dan Reynolds, David. 2001. Effective Teaching, Evidence and Practice. London: Paul Chapman Publishing.

Depok, Mei 2007

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.