ArtikelPendidikan

Tidak Ada Mantan Guru

12 views
4 Komentar

Oleh: Suparlan *)

Semalam saya menonton TV yang sedang menayangkan acara peringatan Hari Guru Nasional (National Teacher’s Day). Alhamdulillah acara yang sederhana. Presiden Jokowi mengundang para guru untuk makan bersama. Dalam acara itu, Jokowi menerapkan makna denotatif kalimat tidak ada bekas guru. Jokowi telah mengundang antara lain guru Bahasa Inggris dan Guru Kimia sewaktu di SMA. “Selamat ulang tahun Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu Guru” begitulah kira-kira ucapan Presiden Jokowi. Sampai Kemdikbud saya baca baliho besar tema Hari Guru Nasional “Mulia Karena Karya”. Mudah-mudahan tidak hanya sekedar tema yang besar, tetapi yang penting implementasinya.

Tulisan singkat ini sedikit merangkai kata dan kalimat tentang makna peringatan Hari Guru Nasional. Untuk apa? Untuk mendorong upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Bukan satu hal yang kebetulan, jika pada Hari Selasa kemarin, tanggal 24 November 2015 saya bersama Dekan FKIP dan tim berusaha untuk bertemu dengan Pak Nur, demikian sebutan akrap kepada Kepala LPMP DKI Jakarta. Maksud dan tujuannya adalah untuk membangun kerja sama FKIP Universitas Tama Jagakarsa dengan LPMP (Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan). Kepala LPMP DKI Jakarta sangat responsif menerima kehadiran kami. FKIP Universitas Tama Jagakarsa sebagai salah satu LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) seharusnya dapat menjalin kerja sama sinergis dengan LPMP (Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan. Tugas pokok dan fungsi utama LPMP adalah mengawal dan meningkatkan kualitas guru melalui kegiatan UKG-nya. UKG adalah Uji Kompetensi Guru untuk menilai kualitas guru. Tapi bukan UKG administratif, tetapi UKG beneran, dengan melihat proses belajar mengajar di dalam kelas dan luar kelas. Ruang kelas adalah black box atau kotak hitam pendidikan. LPMP yang menjadi tetangga FKIP Universitas Tama Jagakarsa malah menjadi orang lain. Oleh karena itu momentum peringatan Hari Guru pada tahun ini dijadikan untuk menjalin kerja sama antarkedua lembaga.  Untuk meningkatkan profesionalisme guru. LPMP memang harus menggerakkan roda kegiatan CPD (continuing professionalism development) atau pengembangan profesionalisme guru. Database guru dan kompetensinya ada di LPMP. Oleh karena itu kerja sama ini harus menjadi program keniscayaan.

Good education requires good teachers

Memang ada pandangan yang positif terhadap keberadaan guru dan pendidikan. Pendidikan yang baik memerlukan guru yang baik. Demikianlah pesan Digumarti Baskara Rao[1], seorang pakar pendidikan dari India dalam bukunya bertajuk Teachers in a Changing World. Selain itu, Ho Chi Miens, Bapak Pendidikan Bangsa Vietnam meyakini “no teacher no education; no education no social-economic development.” Tidak ada guru tidak ada pendidikan; tidak ada pendidikan, tidak ada pembangunan sosial-ekonomi. Orang Jepang pun meyakini hal yang sama. Ketika bom atom diledakkan di Kota Nagasaki dan Hirosima, Kaisar Hiro Hito bukan menanyakan tentang jumlah tentara yang masih tersisa, tetapi justru menanyakan tentang jumlah guru yang masih ada.

Sanjungan terhadap guru

Dalam peringatan hari guru nasional kali ini, saya ingin menggunakan kesempatan ini agar mahasiswa untuk menuliskan apa saja tentang guru. Corat-coret apa pun tentang guru sangat kita harapkan, misalnya guru jangan melahirkan generasi penerus (apalagi penerus tradisi negatif seperti perilaku koruptif, termasuk korupsi waktu, dan lain-lain). Tujuannya generasi yang dihasilkan adalah generasi pelurus dan pencerah. Tulisan para mahasiswa tersebut diharapkan dapat menjadi refleksi terhadap guru masa kini. Guru masa kini hendaknya lebih menjadi agen perubahan, yang mampu mengubah keadaan menjadi lebih baik. Tulisan hasil karya mahasiswa diharapkan menjadi representasi suara mahasiswa, khususnya suara calon guru yang sedang belajar di LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan). Dengan demikian, terjadi semacam uni publik terhadap guru, terutama apa yang kita harapkan dari guru. Boleh jadi tentang sanjungan terhadap gurunya, dan bahkan tidak mustahil kecaman terhadapnya. Boleh jadi, pada saat bersekolah ada mahasiswa memperoleh hukuman yang menjadi tekanan bagi dirinya, baik tekanan secara fisik maupun psikologis. Memang, banyak orang yang menyatakan bahwa tidak ada mantan guru. Artinya apa yang dilakukan guru terus menjadi suri tauladan bagi siswanya, meski siswa tersebut menjadi presiden sekali pun, sebagaimana yang dilakukan oleh Presiden Jokowi. Oleh karena itu dalam kurikulum sering dikenal dengan apa yang disebut “hidden curriculum” atau kurikulum tersembunyi. Hidden curriculum memang bukan mata pelajaran yang diajarkan kepada peserta didik. Sesungguhnya hidden curriculum itu adalah segala sesuatu yang mempengaruhi pencapaian tujuan pendidikan, seperti tingkah laku guru, kehadiran siswa dan keteladanan, dan segala sesuatu yang menghasilkan atau mempengaruhi upaya pencapaian tujuan pendidikan. Yang dimaksud tujuan pendidikan tidak lain adalah learning outcomes atau hasil belajar peserta didik, peningkatan kompetensinya, baik dalam ranah cognitive, affective, dan psikomotorik, atau pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Jika ketiga ranah tersebut sudah dapat dicapai, perubahan negeri ini akan terjadi. Dalam peringatan hari guru ini sudah barang tentu tetap akan memberikan penghargaan kepada guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Namun lebih dari itu, guru diharapkan akan dapat menjadi agen perubahan untuk membangun negeri tercinta menjadi lebih maju dan sejahtera.

Akhirul kalam

Tidak ada mantan guru. Guru adalah sejatinya profesi, dan bahkan guru adalah ibu semua profesi. Mudah-mudahan peringatan Hari Guru Nasional tahun 2015 ini menjadi momentum untuk membangun kerja sama untuk meningkatkan mutu pendidikan. We are not looking for a superman, but we are looking for a super team. Kuncinya kerja sama. Selamat Pak Nur, Kepala LPMP DKI Jakarta. Selamat dalam mengawal peningkatan kualitas guru dan program CPD (continuing professionalism development). Sekali lagi selamat Hari Guru Nasional.

*) Laman: www.suparlan.com; Surel: me@suparlan.com. Kritik terhadap tulisan ini akan saya simpan di guci emas untuk bahan penyempurnaan. Terima kasih.

Depok, 24 November 2015.

[1] Rao, Digumarti Bhaskara. Teachers in a Changing World. New Delhi: Discovery Publishing.

Tags: Guru, Hari Guru Nasional, Pendidikan

Related Articles

4 Komentar. Leave new

  • sherly simanjuntak
    Minggu, 29 Nov 2015 23:05:23

    good morning sir,, i’m so interesting in your artikelabout this. because i am a teacher.teacher is Pahlawan tanpa tanda jasa!
    eventhough, sometimes i found part of friend don’t like to be a teache, but i loved it.

    Balas
    • Yes, you are Sherly. I am very happy because you are understand what I want about you have to do with my website. You have to open my writing in the website, and study and learning the website. You will got many things the writing. Call your collegian to do what you have done. I want to answer all comments. Best regards.

      Balas
  • Pak, saya juga sudah kenal MWB sejak SD. Sejak itulah dualisme sekolah di bawah Kemdikbdud dan Kemenag sudah terjadi. Di Malaysia dualisme seperti itu sudah tidak ada. Sebaiknya dualisme pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan oleh dua kementerian seharus dihapus. Sehingga tidak terjadi terjadi sekolah agama dan sekolah umum. Mengapa? Karena semua anak harus memperoleh mata pelajaran yang sama, bukan umum dan agama. Tetapi yang berbeda hanyalah tipe kecerdasanya. Dualisme pendidikan seperti itu pernah terjadi yakni pendidikan di bawah Depdagri dan lembaga pendidikan di bawah Depdikbud. Dualisme semacam itu sekarang sudah tidak ada Alhamdulillah. Seharusnya negeri ini memang benar-benar satu NKRI. Balitbang Dikbud punya moto baru: Satu nusa, satu bangsa, satu bahasa, dan satu data. Kita berharap memiliki satu data. Bukan data berbeda-beda karena kepentingan yang berbeda. Misalnya data tentang jumlah siswa berbeda karena ada kepentingan untuk menambah jumlah BOS. Itulah sebabnya kini ada DAPODIK = data pokok pendidikan. Data bases pendidikan haruslah satu data.

    Balas
  • dadang adnan dahlan
    Kamis, 26 Nov 2015 06:57:01

    Ayah ibu keduanya guru sekolah dasar, belakangan ayah pensiun guru SMA. Ada pengalaman unik, yang baru terpikirkan belakangan, mengapa ketika sekolah rendah, atau hingga kelas IV saya bersama kakak terbesar tidak disekolahkan di mana ayah dan ibu bertugas di SD Negeri (mengajar di sekolah yang sama SDN Panamur Kersamanah Garut), akan tetapi di sebuah madrasah bernama MWB Panamur (madrasah wajib belajar — sekarang MI Swasta Panamur). Memang jarak dari rumah ke SDN lebih jauh atau sekitar 300 m dan menyeberang jalan raya, sedangkan ke MWB (MI) hanya terhalang beberapa rumah dan tidak perlu khawatir ada kendaraan lewat! Kondisi MWB pada saat itu sering di-bully (istilah kekinian), oleh karena sekolahnya jelek, dinding sekolah terbuat dari bilik ‘bolong-bolong’ di sana-sini, bangku bambu yang reyot, swasta … namun kenapa ayah dan ibu menyekolahkan putra tercintanya di MWB?? Saya yakin, ayah dan ibu berpandangan bahwa lebih afdol kalau putranya dididik oleh orang lain, lagi pula agar tidak merecoki orangtua kala bertugas mengajar. Pun agar tidak manja…
    MWB?? Masya Allah, jauh sebelum wajar dikdas sembilan tahun diimplementasikan, di kampung saya Kp Panamur, sekolah SD lebih populer dengan sebutan MWB (madrasah wajib belajar) — konon sejak 1961. Saya yakin para pendiri sekolah bercita-cita agar anak-anak usia sekolah WAJIB BERSEKOLAH.
    Membaca tulisan di atas saya tersenyum, sangat puas, oleh karena beberapa kata/lema/kalimat yang Pak Parlan pilih, terdapat pada puisi yang saya siapkan dalam rangka menyambut hari guru 2015.

    PERINGATAN HARI GURU
    Karya Dadang Adnan Dahlan

    Sembilan belas dua belas awal mula
    Persatuan Guru Hindia Belanda
    Lantas sembilan belas tiga dua
    Berdiri Persatuan Guru Indonesia

    Seratus hari pasca-nyata merdeka
    Kongres pertama guru gelorakan asa
    PGRI lahir di Kota Surakarta
    Persatuan Guru Republik Indonesia

    Tiga puluh Desember dua ribu lima
    Undang-Undang Guru (dan) Dosen tercipta
    Agen perubahan profesi yang sarat makna
    Tonggak emas pahlawan tanpa tanda jasa

    >> Dua puluh lima November monumental
    >> Peringatan Hari Guru Nasional
    >> Lima Oktober fantastis fenomenal
    >> UNESCO: Hari Guru Internasional

    Jatinangor, 16 November 2015

    Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Fill out this field
Fill out this field
Mohon masukan alamat email yang sah.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Popular Posts

Other Posts

Buku

Bahtera Keluarga

Buku ini menjelaskan tentang keluarga sebagai fondasi masyarakat. BAHTERA yang…